Lukisan Kaligrafi adalah sebuah cerpen yang merupakan karya dari K.H. Mustofa Bisri. Cerpen ini menyajikan sesuatu yang baru bagi pembacanya karena menyuguhkan unsur ketidaksengajaan dalam penceritaannya. Cerpen ini sangat mengagumkan dan akan menelitik keingintahuan pembaca ketika memulai untuk membacanya. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen ini adalah Ustadz Bachri sebagai tokoh utama, Hardi sebagai teman yang mengenalkan tokoh utama tentang melukis kaligrafi, serta istri dan anak Ustadz Bachri.
Dalam cerpen ini terdapat beberapa istilah kaligrafi. Istilah-istilah tersebut dapat dibagi menjadi bagian yang telah saya pahami dan yang belum saya pahami. Istilah-istilah yang telah saya pahami adalah khath, kalam, dan sebagian jenis kaligrafi, seperti Naskhi, Tsuluts, Diwani, dan Kufi. Sementara istilah yang belum saya pahami adalah jenis kaligrafi yang lain seperti Riq’ah dan Farisi, serta Tsuluts Jaliy yang kemungkinan merupakan bagian dari kaligrafi Tsuluts.
Awal mula melihat cerpen ini tidak ada kesan sama sekali sebenarnya di benak saya, karena saya menganggap cerpen ini adalah cerpen yang biasa-biasa saja dan sama dengan cerpen-cerpen lainnya. Ketika memulai membaca cerpen ini, timbullah rasa keingintahuan dalam diri saya yang lebih besar untuk mengetahui kelanjutan cerpen ini. Cerpen ini mulai menggugah imajinasi saya tentang apa yang akan terjadi kemudian di akhir cerita. Dan setelah sampai di titik klimaks dari cerpen ini, saya merasa cerpen ini sangat lucu padahal pada awalnya saya mengira bahwa cerpen ini akan terasa sangat serius melihat dari karakter Ustadz Bachri. Dan pada akhir cerita saya merasakan betapa hebatnya proses imajinasi dari sang penulis yang membuat saya terkagum-kagum dengan ketidaksengajaan yang dilakukan oleh sang tokoh utama dalam cerpen ini.
Cerpen ini sarat akan hikmah dan pesan moral yang dapat diambil oleh sang pembacanya. Sang penulis memberikan pesan tersirat yang pasti lama-kelamaan akan dimengerti sang pembaca dengan membaca cerpen ini lebih dalam. Bagi saya sendiri, pesan yang dapat saya ambil dari cerpen ini adalah bahwa kita harus percaya pada diri sendiri bahwa kita sebenarnya mampu untuk mengembangkan diri lebih baik lagi apabila kita melihat orang lain pun bisa. Selain itu, kita juga tidak boleh meremehkan suatu hal walaupun kita telah terbiasa dengannya, seperti yang dirasakan tokoh utama ketika memulai melukis kaligrafi. Kita juga tidak boleh mudah putus asa dalam mencapai suatu hal yang kita inginkan, kita harus terus berjuang sebaik-baiknya karena kemungkinan untuk berhasil pasti ada. Dan yang terakhir adalah kita harus percaya bahwa keajaiban itu memiliki kemungkinan untuk ada apalagi bila diikuti dengan kepercayaan pada diri sendiri dan kesempatan yang diberikan karena di dunia ini tidak ada hal hal yang tidak mungkin terjadi, semuanya ditentukan oleh seberapa besar usaha kita untuk mencapainya dan keajaiban dari Sang Pencipta.
Recent Comments