Tag Archives: White Box Testing

White Box dan Black Box Testing

5 Oct

White Box Testing merupakan cara pengujian dengan melihat ke dalam modul untuk meneliti kode-kode program yang ada, dan menganalisis apakah ada kesalahan atau tidak. Jika ada modul yang menghasilkan output yang tidak sesuai dengan proses bisnis yang dilakukan, maka baris-baris program, variabel, dan parameter yang terlibat pada unit tersebut akan dicek satu persatu dan diperbaiki, kemudian di-compile ulang.
Black Box Testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang tes fungsionalitasnya dari aplikasi yang bertentangan dengan struktur internal atau kerja. Pengetahuan khusus dari kode aplikasi / struktur internal dan pengetahuan pemrograman pada umumnya tidak diperlukan. Uji kasus dibangun di sekitar spesifikasi dan persyaratan, yakni, aplikasi apa yang seharusnya dilakukan.Menggunakan deskripsi eksternal perangkat lunak, termasuk spesifikasi, persyaratan, dan desain untuk menurunkan uji kasus. Tes ini dapat menjadi fungsional atau non-fungsional, meskipun biasanya fungsional. Perancang uji memilih input yang valid dan tidak valid dan menentukan output yang benar. Tidak ada pengetahuan tentang struktur internal benda uji itu.

Top-down Testing
Pada cara top-down, kita memerlukan stub, yaitu modul pengganti yang berperan sebagai modul yang akan ‘dipanggil’ oleh modul yang sedang diuji. Misalnya, kita perlu stub yang membangkitkan jam kerja secara random untuk untuk menguji modul perhitungan gaji.

Sedangkan pada cara bottom-up, kita memerlukan driver, yaitu modul pengganti yang akan ‘memanggil’ modul yang sedang diuji. Misalnya, kita perlu driver yang ‘memanggil’ fungsi hitung gaji pada modul yang sedang diuji, dengan parameter yang sesuai.

Jadi, pada struktur hirarki modul, jika kita sedang menguji modul A, maka stub adalah modul pengganti untuk modul-modul di bawah A, sedangkan driver adalah modul pengganti untuk modul-modul di atas A.

Equivalence partitioning
Equivalence partitioning adalah metode pengujian black-box yg memecah atau membagi domain input dari program ke dalam kelas-kelas data sehingga test case dapat diperoleh. Perancangan test case equivalence partitioning berdasarkan evaluasi kelas equivalence untuk kondisi input yg menggambarkan kumpulan keadaan yg valid atau tidak. Kondisi input dapat berupa nilai numeric, range nilai,kumpulan nilai yg berhubungan atau kondisi Boolean.